TAUFIQ R.

Mangan Ora Dientekne, 2024

Hardboard Cut Print on Paper
40 x 30 cm
(PCP98)
Rp. 2.500.000

“Yen mangan kudu dientekne, ben pitike ora mati”

Menyisakan makanan adalah hal yang paling dilarang oleh orang tua. Hal ini dianggap sebagai wujud tidak mensyukuri nikmat dan berkat yang ada. Maka gugon tuhon yang berarti “Jika makan tidak dihabiskan, ayam peliharaan akan mati‟ digunakan untuk menerapkan larangan tersebut. Ayam atau hewan peliharaan yang mati menjadi simbol berkat dan nikmat yang diambil kembali akibat dari membuang nikmat yang dimiliki.

Karya ini menampilkan visual tumpukan peralatan makan kotor dan ayam ayam yang mati melayang di luar rumah. Visual nasi yang menggunung menganalogikan rezeki yang dibuang-buang. Nasi sebagai makanan pokok kebanyakan masyarakat Indonesia dipilih untuk mewakili makanan sebagai simbol rezeki. Ayam-ayam yang mati di luar rumah digambarkan melayang membentuk pusaran seolah sedang terhisap, hal ini untuk menyimbolkan nikmat dan berkat yang ditarik kembali.

Wasting food is considered the most prohibited thing by parents. It is assumed to be a sign of one’s lack of appreciation of blessings and sustenance. The cautionary sayings, or ‘Gogon Tuhon’ for this prohibition says “If one does not finish their food, their pet chicken will die”. Dying chicken symbolizes the blessings and sustenance taken back as a result of wasting what one has.

The visuals for this work depict a pile of dirty dishes and dead chickens floating outside a house. The visualisation of a mountain of rice on top of the dirty dishes symbolises the wasted sustenance. Rice, commonly associated with Indonesian people’s main dish symbolises the sustenance itself. The dead chickens outside are depicted floating in a spiral, as if being sucked in into a tornado, symbolising the blessings that are being withdrawn.